Nayla yang masih duduk di taman kanak-kanak tiba-tiba bertanya
pada ku "Bunda, kata teman aku, tanggal 14 Februari nanti kita akan pakai
baju yang serba pink, aku kan nggak punya bun, besok beliin ya..".
Aku yang sedang asyik di dapur terkejut mendengar celoteh gadis kecilku.
"Nayla.. ada apa dengan tgl 14 February sayang". Kuelus rambutnya
yang lembut sambil kutatap matanya yang jenaka. Nayla yang masih lugu
mengerutkan keningnya sambil memutar pandangannya " Nggak tahu bun, tapi
kata zahra, hari itu hari kasih sayang, jadi baju dan jilbabku harus
pink". Segera ku mengerti, bagaimana iklan di televisi yang
mengangkat tema 14 February sebagai icon remaja terutama kaum hawa, dan
dilambangkan dengan warna pink. Namun secara tidak sadar, anak-anak yang belum
tergolong remaja pun ikut-ikutan "lebay" dengan tgl 14 February yang
dikenal dengan hari Valentin.
Tidak disadari televisi
menjadi media yang efektif sebagai transfer informasi, sehingga kita orang tua
harus waspada untuk mendampingi dan memastikan, bahwa informasi yang didapat
anak kita adalah berita yang benar. Kadang , kita tidak menyadari,
anak-anak menyerap berita yang dapat mengotori nilai-nilai aqidah. Upaya
me-universal-kan perayaan agama, menjadi hal yang perlu kita waspadai.
Seperti acara Valentin day. Acara tersebut merupakan
perayaan umat kristen untuk mengingat seorang pendeta yang dihukum
mati karena memperjuangkan cinta sepasang kekasih. Namun dengan bantuan
media, Valentin day menjadi perayaan pengungkapan kasih sayang dari
sepasang kekasih., dan seolah-olah tidak berkait dengan agama tertentu, padahal
jelas-jelas itu adalah perayaan ummat kristen. .
Dalam Alqur'an jelas dikatakan
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka" (Al Baqoroh:120). Berdasarkan
ayat tersebut Valentin day menjadi acara yang haram dirayakan oleh umat
Islam. Walaupun tidak ada simbol agama yang dibawa, namun sejarah
mengatakan bahwa perayaan tersebut bukan berasal dari Islam. Media pun
menjadi sarana pendekatan nilai-nilai barat, saat banyak ulama meneriakkan
haram merayakan valentin day, lagi-lagi media mengidentikkan valentin day
dengan yang serba pink. Sehingga tanpa adanya perayaan, nilai-nilai
"valentin day" juga menjadi "bahasa tanpa kata" saat
seseorang menggunakan ornamen serba pink pada 14 februari. Ini adalah
upaya pengrusakan aqidah secara laten, pengrusakan itu tidak langsung namun
sedikit demi sedikit, anak-anak kita dijauhkan dengan nilai-nilai Islam dan di
ganti dengan nilai-nilai barat, dan pada akhirnya jauh dari nilai Islam
tersebut. Untuk itu kita sebagai orang tua hendaknya waspada terhadap upaya
upaya ini. Televisi yang ada dirumah kita, akan menjadi media yang
kadang kita tidak sadari, anak-anak akan berguru padanya. Tentunya kita
tidak bisa menyalahkan Televisi namun pendampingan terhadap anak-anak, dan pengenalan
akan nilai-nilai Islam perlu kita tingkatkan.
Orang tua adalah guru terbaik untuk
anak-anak kita. Hendaklah kita menjadi guru yang menjelaskan tentang
hal-hal yang baru bagi anak-anak kita. Saat mereka tidak bisa bertanya
pada orang tua tentang suatu hal, anak-anak akan mencari sendiri jawabannya,
atau tanpa bertanya mereka akan mengikuti apa yang mereka lihat. Apabila
hal yang baik, tentunya akan menjadi prilaku yang baik. Namun apabila hal
yang buruk, tentunya menjadi prilaku yang buruk yang akan dilakukan oleh
anak-anak kita. Dalam Hadits dikatakan “Barangsiapa yang menyerupai
suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut (HR Abu Daud dan Muslim Sunnah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo.. komen nya apa..