Cobaan, Ujian adalah sarana belajar.. agar menjadi lebih pandai..
Sabtu, 23 Januari 2010
Senyumlah, Karna Senyum itu Ibadah
Senin, 11 Januari 2010
KALA PENAT DATANG
Entah lah.. apa yang diinginkan otakku saat ini. Kala mata masih ingin melotot, jari ingin menulis, tapi kok nggka konnek dengan otakku. Sayang sekali kalo aku harus mematikan komputer ini, karna aku merasa belum ada yang kuperbuat di seharian ini.
Ingin hati berpuasa di hari ini, walaupun niatnya mengkodlo puasa Ramadhan, namun aku berharap kemurahan dari Allah SWT untuk memberiku bonus, karena aku melakukannya di hari Senin. He..he..he.. berupaya menyogok Allah yang Maha Tahu. Tapi jujur.. aku menjaga sikapku, walaupun syetan berusaha membelokkan otakku ke hal-hal yang tak boleh kufikirkan, alhamdulillah aku tetap dengan sekuat tenaga ISTIqomah.
Apalagi yang ingin ku tulis.. Ada permintaan naskah, tapi kenapa kok nggak semangat yah.. sekarang lagi seru2nya ngurusin blog, Udah 3 halaman nulis true story, ada 2 judul yang belum kuselesaikan tapi.. kok nggak muud bangt. Aku coba dengerin J Rock, eh.. yg ku pencet malah new dokument, dan.. jadilah nulis ini.
Hari ini aku tiduur aja, pala pusing.. nah loh.. dibawa puasa malah pusing, so.. nggak produktif nih jadinya.. nyalahin siapa ya.. oiya… ada satu undangan yang belum aku beresin, undangan ustazah untk acara tgl 21 Januari 2010. Maklum sekertaris plus . Dah bikin undangan, ngerancang acara, plus distribusi undangan ke kader2 wilayah.. mudah2n bertabur pahala.. he..he..
Mo ngurusin blog.. adduh, ternyata susah ya.. gara2 mind set di otakku nih.. aku nggak nyambung sam hal2 yg berkaitan dng kutak katik mesin gitu.. termasuk komputer, blog yg hrs main intruksi2, bahasa2 yg asli.. gue nggak mudeng.. Tapi GUE harus bisa..
Umar hari ini lucuuu… bngt, tau aja tuh anak, aku lg puyeng plus pusing.. dia anteng, bersahabat dan luecccu bangt. Gemes aku dibuatnya. Ngomongnya tambah banyak, klo ngomong nyenengi... nalarnya juga tambah pinter.. makaaan mulu.. badannya tambah molegh.... alhamdulillah..
Senin, 04 Januari 2010
Endless love
Dika terus menatap langit-langit yang berhias bintang. Dia terus membayangkan wajah Rana yang terenyum sumringah sambil terus menjauh menuju bintang yang paling terang. Senyum Dika pun langsung menghilang, saat dia sadar bahwa semua itu hanya ilusi belaka. Entahlah, patah hati kali ini begitu dirasakan patah sepatah-patahnya, sudah sebulan ini wajah Rana terus terbayang dipelupuk matanya. Saat dia putus cinta dengan Lidya, Sinta, Salsa nggak segitunya tapi kali ini air matapun mengalir untuk Rana.
Malam ini sengaja Dika menyelinap ke belakang, naik lewat tangga yang disandarkan mang Puji, dan naik ke atas loteng lalu berbaring diatas asbes yang terletak tepat diatas kamarnya. Tak ada satu pun mahluk penghuni rumahnya yang melihat kelakuan setengah nekat itu, Dika bukan ingin meloncatkan diri, tapi ia ingin melukis wajah Rana di langit diantara bintang yang cemerlang.
Tak terasa, sudah jam 1 dini hari, cepat dia bergegas turun, perlahan-lahan dia menuruni anak tangga yang masih bersandar di belakan rumah. Dia tergesa-gesa bukan karna hari yang sudah larut, tapi karna takut petugas siskamling lewat dan menyangka dia maling. Dika dengan hati-hati masuk kamar, langsung dia berbaring di tempat tidurnya. Herannya tak sedikitpun kantuk yang ia rasakan, fikirannya terus menerawang memikirkan Rana, dan herannya lagi, setelah masuk kamar, yg terbayang adalah wajah Rana dengan jilbabnya.
Kisah kali ini memang lebih unik, Rana memutuskan Dika lantaran dia tidak ingin lagi pacaran. Dika tidak habis fikir, kakaknya Rani berjilbab, tapi Andy selalu ngapel saat malam minggu, dia masih nonton film di bioskop, masih jalan di mall. Kenapa Rana memutuskan dia lantaran selembar jilbab, bukankah hal itu tak perlu sampai memutuska hubungan yang telah terjalin dengan manisnya? Dika pun tidak keberatan dengan penaampilan Rana yang kini berkerudung. Hal itulah yang membuat Dika tidak habis fikir. Gadis manis itu terus saja tersenyum dalam angannya, dan Dika terus mengikuti kemana bayang-bayang itu membawanya.
Selepas magrib, Dika telah siap dengan kemeja kotak-kotak dan celana jeans. Setelah mengeluarkan Smash dari halaman rumahnya, dia langsung ngacir ke jalan Delima 15. Tempat Rana tinggal.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikum salaam" Bu Tanti membukakan pintu dan mempersilahkan Dika masuk.
"Bentar ya dik, Rananya dipanggil dulu"
Nggak lama, Rana keluar, jilbab pink membalut kepalanya, setelan kemeja bunga-bunga dan rok merah cerah membuat Rana tampak manis, tak berkedip Dika memandang Rana.
"Eh dika.. apa kabar.. ada apa nih"
"Rana, ada beberapa pertanyaan yang masih membuat aku penasaran dengan keputusan kamu untuk mutusin hubungan kita"
"Dika, apa lagi yang harus dijelaskan, kan semua udah aku jelasin kemarin"
"Tentang apa.. gara-gara kerudung, trus kamu mutusin hubungan kita?, Ran..kakakku juga pake jilbab, tapi dia masih pacaran, masih jalan ke mall berduaan, masih nonton bioskop, lalu kenapa kamu mutusin hubungan kita, aku nggak terima alasan kamu nih"
"Dika.. mohon maaf, sebetulnya aku cuma ingin benar-benar melaksanakan Islam dengan sesungguhnya. Saat seorang perempuan berduaan dengan laki-laki sesungguhnya yang ke tiga adalah syetan, jadi aku nggak mau melakukan itu semua"
"Ran.. kamu terlalu berlebihan mengaartikan semua itu, kita kan nggak ngapa-ngapain Rana, masa begitu aja nggak boleh"
"Nggak dik.. kita nggak boleh melakukan semua itu, Dika .. yakinlah kalo kita berjodoh pasti Allah takdirkan kita ketemu lagi"
"Rana.. kapan..sekarang kan terlalu dini kalo kita bicara jodoh-jodohan"
"Dika, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, pasti itu. Mohon maaf itu udah keputusanku, mohon maaf dik.." Rana menundukkan kepalanya, dia sembunyikan air mata yang menggenang di sudut matanya, sungguh berat memutuskan ini semua, tapi lebih berat lagi apabila dia meneruskan hubungannya dengan Dika.
"Rana.. kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan pada diriku.. aku akan sangat kehilangnmu Ran.." Suara Dika parau, dia tau ini kenyataan yang sangat pahit yang harus dia hadapi.
Tak ada kata yang keluar dari mulut Rana, dia hanya menunduk. Digeleng-gelengkannya kepalanya tanda dia tidak sependapat dengan Dika. Dika pun bangun dari duduknya.
"Ran.. aku pamit " Rana menganggkat wajahnya, air matanya tak bisa disembunyikan lagi, Dika pun menatapnya dengan sendu, mata Dika pun berkaca-kaca mengakhiri hubungan ini.
Sepenggal cerita yang tak pernah mengakhiri khayalan Dika terhadap Rana. Dika yang selalu digandrungi cewek-cewek di sekolahnya, harus putus oleh seorang Rana. Hal ini yang selau membuat Dika penasaran, Dia cari kebenaran alasan-alasan Rana, dia tanya sana-sini tentang kata-kata yang dilontarkan Rana pada pertemuan terakhirnya. Dia coba baca buku-buku keislaman mencari jawaban dan kebenaran akan alasan-alasan Rana meniolaknya.
2 bulan sudah Dika dirundung duka, penasarannya belum terbayar dengan jawaban-jawaban yang belum terpuaskan. Rana pun tak mau ditemuinya, jika pun berpapasan, Rana lebih senang menundukkan kepalanya, seakan ingin menghindar dari tatapan Dika. Ustad Ja'far jadi pelabuhan terakhir bagi Dika untuk membunuh penasarannya. Selepas magrib, sengaja Dika menunggu Ustd Ja'far di depan Masjid Nurussalam.
Dika dan Ustd Ja'far berbincang sampai waktu Isya tiba, selepas Isya diskusi antara dua generasi itu masih terus berlangsung, jam 8.30 terlihat Dika bersalaman dengan Ustd Ja'far, mereka keluar dari masjid bersamaan dan berpisah di pertigaan jalan.
Telihat rasa puas di wajah Dika. Rupanya obrolan dengan Ustd ja'far memberikan angin segar pada Dika. Kini dia faham, bahwa alasan Rana bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Bahkan Rana telah melindungi dirinya dan Dia dari dosa –dosa yang akan terus bergulir dengan kebersamaannya. Dika mulai dapat menerim alasan-alasan yang di katakan Rana saat pertemuan terakhirnya. Tapi herannya kenapa Dika makin cinta pada Rana. Fikirannya tak pernah lepas dari Rana, hal ini melahirkan perasaan bersalah pada diri Dika.
Kini Dika tengah manata hatinya, ia ingin menempatkan kenangan bersama Rana dalam tempat yang tepat dihatinya, ini semata-mata karna semakin cintanya dia pada Rana. Tak ingin dia menodai cintanya hingga berbuah dosa. Dengan sabar dia menata kenangannya dengan Rana, wajah Rana dengan kerudungnya dia tempatkan di sudut hatinya, dan dia akan membukanya saat dia pun menjadi seorang dewasa yang baik, yang layak menjadi imam untuk Rana. Dika kini yakin laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik.
Minggu, 03 Januari 2010
Penantian Sekar
"Oke nanti aku datang, aku sendirian liz.." ku tutup telpon dr Liza, aku berencana menghadiri acara reuni SMU di Blizz Restaurant Pejaten Village.
"Sekaaarr.."
"Liz..., elo subur banget liza"
"Elo tambah cantik aja sekar" mereka pun bercupika cupiki, sambil menilai satu sama lain, berkangen-kangenan, bercerita ngalir ngidul, adduuhh.. rasanya kembali ke masa lalu.
"Kar.. memang hrs selektif mancari suami, aku dah dua kali menikah, yang pertama suamiku selingkuh dan yang ke dua dia ringan tangan, KDRT , sampai aku adukan ke kantor polisi" Aku terbengong, mendengar semua ini, dalam hati aku mensyukuri keadaanku, tidak jadi bulan-bulanan kebengisan dari mahluk yang selama ini ku cari "suami".