Cobaan, Ujian adalah sarana belajar.. agar menjadi lebih pandai..

Setiap episode kehidupan tak lain adalah cobaan.. anak, suami, harta dan segala yang melekat pada diri kita adalah ujian untuk kita, maka nikmat apa lagi yang engkau dustakan??

Sabtu, 23 Januari 2010

Senyumlah, Karna Senyum itu Ibadah

Kalau senyum itu boleh sendirian.. tentunya aku dah sering senyum sendirian. Kenapa? karna sering ngeliat dagelan lucu di sekitar kita, dimana nggak ada orang yg bisa kita ajak senyum. Terlebih lagi senyum adalah ibadah.. apa susahnya senyum sm semua orang, kan ibadah.. tp yg kaya' gitu kadang rada lebay. Wong nggak kenal kok di senyumin.. Tp mulut ini sulit untuk berhenti senyum.. sambil mikir, mulut senyum.. beradu pandangan dg orang lain dengan tatapan bersahabat.. otomatis tersenyum.. walaupun aku nggak kenal, hampir nabrak orang.. aku tegur dengan senyuman, disenggol orang.. sambil nggeser aku senyumin.. , diomelin orang gara2 aku bawa motor bikin senewen.. aku senyumin aja.... Sambil nawar belanjaan di pasar.. juga aku senyumin. Tapi bener loh.. senyum itu bawa berkah, disamping wajah jd terkesan ramah, so.. orang jadi nggak angker kalo ngeliat kita, kita jg jd banyk teman. Sering kali orang2 yang kita senyumin memandang kita sudah memperlakukannya dngn istimewa, terutama yg berbuat salah sm kita dan kita senyumin. Saat kita ketemu lg dng orng tsb, dia ingat kita, walaupun kita kadng2 dah lupa tuh.. Jadi serasa dimana2 temen... Untk orng2 yg rada sulit berbasa basi, senyum bisa jd menu andalan untk mencairkan suasana yg kaku.. Nawar tega2n di pasar juga jd santai.. kan dikasih senyum, walaupun harganya belum tentu turun...trus kita senyumin lagi sambil bilang "permisis.. nggak jd beli..".. Sampe ngadepi nilai ujian yg ancur juga senyum.. tentunya sambil tekad.. Besok Harus Lebih Baik.. Oke.. senyumlah..

Senin, 11 Januari 2010

KALA PENAT DATANG


Entah lah.. apa yang diinginkan otakku saat ini. Kala mata masih ingin melotot, jari ingin menulis, tapi kok nggka konnek dengan otakku. Sayang sekali kalo aku harus mematikan komputer ini, karna aku merasa belum ada yang kuperbuat di seharian ini.

Ingin hati berpuasa di hari ini, walaupun niatnya mengkodlo puasa Ramadhan, namun aku berharap kemurahan dari Allah SWT untuk memberiku bonus, karena aku melakukannya di hari Senin. He..he..he.. berupaya menyogok Allah yang Maha Tahu. Tapi jujur.. aku menjaga sikapku, walaupun syetan berusaha membelokkan otakku ke hal-hal yang tak boleh kufikirkan, alhamdulillah aku tetap dengan sekuat tenaga ISTIqomah.

Apalagi yang ingin ku tulis.. Ada permintaan naskah, tapi kenapa kok nggak semangat yah.. sekarang lagi seru2nya ngurusin blog, Udah 3 halaman nulis true story, ada 2 judul yang belum kuselesaikan tapi.. kok nggak muud bangt. Aku coba dengerin J Rock, eh.. yg ku pencet malah new dokument, dan.. jadilah nulis ini.

Hari ini aku tiduur aja, pala pusing.. nah loh.. dibawa puasa malah pusing, so.. nggak produktif nih jadinya.. nyalahin siapa ya.. oiya… ada satu undangan yang belum aku beresin, undangan ustazah untk acara tgl 21 Januari 2010. Maklum sekertaris plus . Dah bikin undangan, ngerancang acara, plus distribusi undangan ke kader2 wilayah.. mudah2n bertabur pahala.. he..he..

Mo ngurusin blog.. adduh, ternyata susah ya.. gara2 mind set di otakku nih.. aku nggak nyambung sam hal2 yg berkaitan dng kutak katik mesin gitu.. termasuk komputer, blog yg hrs main intruksi2, bahasa2 yg asli.. gue nggak mudeng.. Tapi GUE harus bisa..kan mau ngeraup untung dr bisnis on line.. he.he..piss deh watt.. semua mau di raup, ya nulis. Ya ustazah..ya on line.. eit.. stop..stop.. yg ke dua ..yg ustazah gue mau di gaji sama Allah ajah.. malu lagi nyari duit mulu… nyari pahala dong..

Umar hari ini lucuuu… bngt, tau aja tuh anak, aku lg puyeng plus pusing.. dia anteng, bersahabat dan luecccu bangt. Gemes aku dibuatnya. Ngomongnya tambah banyak, klo ngomong nyenengi... nalarnya juga tambah pinter.. makaaan mulu.. badannya tambah molegh.... alhamdulillah..


Senin, 04 Januari 2010

Endless love

Dika terus menatap langit-langit yang berhias bintang. Dia terus membayangkan wajah Rana yang terenyum sumringah sambil terus menjauh menuju bintang yang paling terang. Senyum Dika pun langsung menghilang, saat dia sadar bahwa semua itu hanya ilusi belaka. Entahlah, patah hati kali ini begitu dirasakan patah sepatah-patahnya, sudah sebulan ini wajah Rana terus terbayang dipelupuk matanya. Saat dia putus cinta dengan Lidya, Sinta, Salsa nggak segitunya tapi kali ini air matapun mengalir untuk Rana.

Malam ini sengaja Dika menyelinap ke belakang, naik lewat tangga yang disandarkan mang Puji, dan naik ke atas loteng lalu berbaring diatas asbes yang terletak tepat diatas kamarnya. Tak ada satu pun mahluk penghuni rumahnya yang melihat kelakuan setengah nekat itu, Dika bukan ingin meloncatkan diri, tapi ia ingin melukis wajah Rana di langit diantara bintang yang cemerlang.

Tak terasa, sudah jam 1 dini hari, cepat dia bergegas turun, perlahan-lahan dia menuruni anak tangga yang masih bersandar di belakan rumah. Dia tergesa-gesa bukan karna hari yang sudah larut, tapi karna takut petugas siskamling lewat dan menyangka dia maling. Dika dengan hati-hati masuk kamar, langsung dia berbaring di tempat tidurnya. Herannya tak sedikitpun kantuk yang ia rasakan, fikirannya terus menerawang memikirkan Rana, dan herannya lagi, setelah masuk kamar, yg terbayang adalah wajah Rana dengan jilbabnya.

Kisah kali ini memang lebih unik, Rana memutuskan Dika lantaran dia tidak ingin lagi pacaran. Dika tidak habis fikir, kakaknya Rani berjilbab, tapi Andy selalu ngapel saat malam minggu, dia masih nonton film di bioskop, masih jalan di mall. Kenapa Rana memutuskan dia lantaran selembar jilbab, bukankah hal itu tak perlu sampai memutuska hubungan yang telah terjalin dengan manisnya? Dika pun tidak keberatan dengan penaampilan Rana yang kini berkerudung. Hal itulah yang membuat Dika tidak habis fikir. Gadis manis itu terus saja tersenyum dalam angannya, dan Dika terus mengikuti kemana bayang-bayang itu membawanya.

Selepas magrib, Dika telah siap dengan kemeja kotak-kotak dan celana jeans. Setelah mengeluarkan Smash dari halaman rumahnya, dia langsung ngacir ke jalan Delima 15. Tempat Rana tinggal.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikum salaam" Bu Tanti membukakan pintu dan mempersilahkan Dika masuk.

"Bentar ya dik, Rananya dipanggil dulu"

Nggak lama, Rana keluar, jilbab pink membalut kepalanya, setelan kemeja bunga-bunga dan rok merah cerah membuat Rana tampak manis, tak berkedip Dika memandang Rana.

"Eh dika.. apa kabar.. ada apa nih"

"Rana, ada beberapa pertanyaan yang masih membuat aku penasaran dengan keputusan kamu untuk mutusin hubungan kita"

"Dika, apa lagi yang harus dijelaskan, kan semua udah aku jelasin kemarin"

"Tentang apa.. gara-gara kerudung, trus kamu mutusin hubungan kita?, Ran..kakakku juga pake jilbab, tapi dia masih pacaran, masih jalan ke mall berduaan, masih nonton bioskop, lalu kenapa kamu mutusin hubungan kita, aku nggak terima alasan kamu nih"

"Dika.. mohon maaf, sebetulnya aku cuma ingin benar-benar melaksanakan Islam dengan sesungguhnya. Saat seorang perempuan berduaan dengan laki-laki sesungguhnya yang ke tiga adalah syetan, jadi aku nggak mau melakukan itu semua"

"Ran.. kamu terlalu berlebihan mengaartikan semua itu, kita kan nggak ngapa-ngapain Rana, masa begitu aja nggak boleh"

"Nggak dik.. kita nggak boleh melakukan semua itu, Dika .. yakinlah kalo kita berjodoh pasti Allah takdirkan kita ketemu lagi"

"Rana.. kapan..sekarang kan terlalu dini kalo kita bicara jodoh-jodohan"

"Dika, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, pasti itu. Mohon maaf itu udah keputusanku, mohon maaf dik.." Rana menundukkan kepalanya, dia sembunyikan air mata yang menggenang di sudut matanya, sungguh berat memutuskan ini semua, tapi lebih berat lagi apabila dia meneruskan hubungannya dengan Dika.

"Rana.. kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan pada diriku.. aku akan sangat kehilangnmu Ran.." Suara Dika parau, dia tau ini kenyataan yang sangat pahit yang harus dia hadapi.

Tak ada kata yang keluar dari mulut Rana, dia hanya menunduk. Digeleng-gelengkannya kepalanya tanda dia tidak sependapat dengan Dika. Dika pun bangun dari duduknya.

"Ran.. aku pamit " Rana menganggkat wajahnya, air matanya tak bisa disembunyikan lagi, Dika pun menatapnya dengan sendu, mata Dika pun berkaca-kaca mengakhiri hubungan ini.

Sepenggal cerita yang tak pernah mengakhiri khayalan Dika terhadap Rana. Dika yang selalu digandrungi cewek-cewek di sekolahnya, harus putus oleh seorang Rana. Hal ini yang selau membuat Dika penasaran, Dia cari kebenaran alasan-alasan Rana, dia tanya sana-sini tentang kata-kata yang dilontarkan Rana pada pertemuan terakhirnya. Dia coba baca buku-buku keislaman mencari jawaban dan kebenaran akan alasan-alasan Rana meniolaknya.

2 bulan sudah Dika dirundung duka, penasarannya belum terbayar dengan jawaban-jawaban yang belum terpuaskan. Rana pun tak mau ditemuinya, jika pun berpapasan, Rana lebih senang menundukkan kepalanya, seakan ingin menghindar dari tatapan Dika. Ustad Ja'far jadi pelabuhan terakhir bagi Dika untuk membunuh penasarannya. Selepas magrib, sengaja Dika menunggu Ustd Ja'far di depan Masjid Nurussalam.

Dika dan Ustd Ja'far berbincang sampai waktu Isya tiba, selepas Isya diskusi antara dua generasi itu masih terus berlangsung, jam 8.30 terlihat Dika bersalaman dengan Ustd Ja'far, mereka keluar dari masjid bersamaan dan berpisah di pertigaan jalan.

Telihat rasa puas di wajah Dika. Rupanya obrolan dengan Ustd ja'far memberikan angin segar pada Dika. Kini dia faham, bahwa alasan Rana bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Bahkan Rana telah melindungi dirinya dan Dia dari dosa –dosa yang akan terus bergulir dengan kebersamaannya. Dika mulai dapat menerim alasan-alasan yang di katakan Rana saat pertemuan terakhirnya. Tapi herannya kenapa Dika makin cinta pada Rana. Fikirannya tak pernah lepas dari Rana, hal ini melahirkan perasaan bersalah pada diri Dika.

Kini Dika tengah manata hatinya, ia ingin menempatkan kenangan bersama Rana dalam tempat yang tepat dihatinya, ini semata-mata karna semakin cintanya dia pada Rana. Tak ingin dia menodai cintanya hingga berbuah dosa. Dengan sabar dia menata kenangannya dengan Rana, wajah Rana dengan kerudungnya dia tempatkan di sudut hatinya, dan dia akan membukanya saat dia pun menjadi seorang dewasa yang baik, yang layak menjadi imam untuk Rana. Dika kini yakin laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik.

Minggu, 03 Januari 2010

Penantian Sekar

Sudah 2 tahun baru, menendang telinga Sekar. Kok di tendang? karna dia selalu ingin membuat resolusi di tahun baru. Tahun baru Hijriyah.. eh.. nggak bergeming, sekarang tahun baru Masehi.. dia harus..harus,, mempunyai rencana perbaikan di hari2 kmendatang, Bukan kan manusia terbaik adalah yang tidak jatuh lagi pada lubang yang sama?. Apa yang akan dia lakukan.. dalam kesendirian, tanpa anak, tanpa suami.. hidup sebatang kara di ibukota yang selalu menuntut seseorang untuk strugle. Hidup di kota yang penuh persaingan, sebagai seorang pegawai bank swasta yang penuh godaan, yah.. bukan hanya godaan dalam pekerjaan, tapi juga godaan dari mata2 penuh sensasi. Gila.. temen2 kalo diladenin ada juga yang jadi buaya..
Hidup berkecukupan, membuat Sekar mencari tantangan baru. Satu yang belum dimiliki Sekar, suami. Mahluk satu ini sekarang begitu jauh. Berbagai jurus sudah dia coba untuk menjaring satu mahluk ini, tapi ada saja yang membuat sekar mengembalikan bio data calon yang ditawarkan kerabatnya, kurang ganteng lah, pendek lah, kerjaannya kurang mapan lah, pokoknya adaaa aja. Bahkan saat ini, sekar sudah dalam tahap pasrah, dia berkata dalam dirinya, kalo dalam seminggu ini datang laki-laki yang melamarnya, harus dia terima! titik!! Hanya seminggu bro.. Panas telinga ini mendengar pertanyaan tentang suami, sampe-sampe sekar berikrar nekad seperti itu.
"Oke nanti aku datang, aku sendirian liz.." ku tutup telpon dr Liza, aku berencana menghadiri acara reuni SMU di Blizz Restaurant Pejaten Village.
Dia coba memadukan blous dengan jilbab kuning cerah dan dipadu celana jins yang agak belel. Dia cermati wajah yang cerah oleh bedak warna kulit, olesan tipis lipstik merah muda, dan sedikit bluss on, dia mematut dirinya di cermin, senyum sumringah dan senyum-senyum sendiri sambil mengenang kembali saat-saat SMU nya.
"Sekaaarr.."
"Liz..., elo subur banget liza"
"Elo tambah cantik aja sekar" mereka pun bercupika cupiki, sambil menilai satu sama lain, berkangen-kangenan, bercerita ngalir ngidul, adduuhh.. rasanya kembali ke masa lalu.
"Eh sekar.. laki loe orang mana?" Tiba-tiba pertanyaan menyebalkan itu terdengar lagi dari sahabat lamanya Liza.
"E..ee aku belum nikah liz.., emang suami mu orang mana?" Ku coba menutupi kekikukanku, tapi kulihat Liza pun jadi serba salah.
"Sekar.. aku dah cerai dari suamiku"
"Loh.. aku aja belum dapet, kok kamu malah dah cerai"
"Kar.. memang hrs selektif mancari suami, aku dah dua kali menikah, yang pertama suamiku selingkuh dan yang ke dua dia ringan tangan, KDRT , sampai aku adukan ke kantor polisi" Aku terbengong, mendengar semua ini, dalam hati aku mensyukuri keadaanku, tidak jadi bulan-bulanan kebengisan dari mahluk yang selama ini ku cari "suami".
"Heh.. jangan bengong gitu dong sekar.. dah enjoy aja.. ngomong yang lain aja, pusing gue ngomong yang satu itu" Aku belum juga sadar 100%, aku bersyukur seminggu masa nekadku telah berlalu, kalo saja dalam seminggu kemarin ada laki-laki yang datang melamarku, dan aku terima, bener2 seperti membeli kucing dalam karung, kalo tiba2 dia berperangai ringan tangan, atau suka selingkuh atau maunya enak doang.. iihhh sereemm..
Kubenamkan wajahku dalam sujud panjangku di rakaat terakhir, ku adukan segala kegelisahanku pada Yang Memberi Jodoh, aku mohon dipilihkan yang terbaik, ku mohon diberi kesabaran yang tak henti sampai ajal meregang.. Ya Robb.. maafkan ke dhoifanku..