Cobaan, Ujian adalah sarana belajar.. agar menjadi lebih pandai..
Sabtu, 28 November 2009
KISRUH ANAK
Sabtu, 14 November 2009
Wahai ibu.. tegarlah..
Kenaikan BBM begitu dirasakan oleh ummu nadin, bayangkan saja anak 4 dengan masukan hanya 1 juta perbulan, uang itu untuk semua kebutuhan dari bayar sekolah, jajan anak, makan, listrik, telphon, arisan RT, cicilan baju seragam Majlis Ta'lim. Alhamdulillah, untuk bayar PAM dan uang bensin abinya yang nanggung. Cobaan hidup dirasakan semakin membebani hidup keluarga ummu Nadin. Padahal dulu dia adalah seorang aktivis kampus dengan seabrek kegiatan, dari ngurusin Mading Musholla sampai mempersiapkan makan siang untuk teman-teman yang demo di depan Istana. Tapi setelah predikat istri disandangnya, hidupnyapun berubah hampir 180 derajat. Keinginannya menjadi istri yang sholehah, dan akhwat yang haroki harus diperjuangkannya dengan berbagai cobaan yang seolah-olah, halangan itu tak ada habisnya.
Kadang Ummu Nadin berfikir dengan membandingkan dengan bu Nita sebelah rumah, yang hidup nya adem, ayem, tentrem, yang selalu jadi PR-nya hanya gimana supaya pamor dia tidak pernah turun di mata tetangganya. Sedangkan ummu Nadin setiap hari harus berfikir bagaimana merayu anaknya agar tidak sering-sering jajan, masak hari ini yang praktis, ekonomis dan bergizi untuk keluarganya, juga mempersiapkan materi kultum pekan ini untuk isi pengajian rutin ibu-ibu dimalam jumat nanti.
Ummu nadin selalu bersyukur karena dia menyadari perjuangannya adalh cobaan yang harus dia jalani sebagai ujian yang diberikan Allah padanya agar dia bisa naik kelas dimata Allah. Bukan kah hadis mengatakan bahwa "Surga itu diliputi oleh hal-hal yang dibenci sedangkan neraka itu diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan?" Kalau dia harus menyisir kesulitan sebagai garis takdirnya dengan ihlas, tentunya akan menambah kekuatan jiwanya.
Kadang ummu Nadin merenungi episode-episode hidupnya, tetapi semakin dia merenungi semakin dia mempersiapkan jiwa dan raganya untuk lebih kuat dan tidak cengeng dalam meniti jalan taqdirnya . Dia selalu teringat sebuah kisah dalam hadis Bukhari : "Dari Khobbab bin Art berkata: Kami mengadu kepada Rasulullah kenapa engkau tidak meminta pertolongan, kenapa engkau tidak berdoa untuk kami?" Rasulullah bersabda : "Sungguh orang sebelum kalian ditanam kedalam bumi, kemudian digergaji kepala mereka hingga terbelah menjadi dua, mereka disisir dengan sisir dari besi, sehingga dipisahkan antara daging dan tulang mereka, yang demikian itu tidak menghalangi mereka dalam menjalankan agama. Demi Allah, pasti Allah akan menyempurnakan agama ini, sehingga seseorang yang pergi dari San'a sampai Hadramaut, mereka tidak takut kecuali pada Allah dan srigala atas kambing-kambing mereka. Akan tetapi kalian tergesa-gesa".
Kalaulah ummu Nadin menikmati hidupnya dengan ikhlas, tentunya kelelahan dan kepenatan akan menjadi wangi bunga yang harum , yang mengelilinnya dimanapun dia berada. Sungguh cobaannya tidak seberapa dibandingkan dengan para pendahulunya.
Doa adalh senjata ummu Nadin dalam mengendalikan segala kegundahan dan kepenatan hatinya. Dengan segenap hati dia meresapi salah satu ayat dalam surat Al Baqarah "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(2;155). Ayat itu begitu melekat di hati ummu nadin, karena hanya itu pelipur laranya. Jadi cobaan pasti dialami oleh semua orang dan yang sedang dia hadapi adalh jenis ujian yang dipilih Allah yang harus dia jalani. Ummu nadin tahu, Allah lah yang memahami jenis cobaan yang pas untuk dirinya. Jadi dia tidak perlu iri dengan bu Condro yang selalu tampil gaya dimata ibu-ibu komplek, belum tentu hatinya selalu berbunga seperti penampilannya. Yang dilakukan ummu nadin hanya bersyukur, tidak bersuuzon dengan ketetapan Allah, dan selalu meminta keberkahan dari Allah. Robbana laatuziqqulubanaa ba'da izhadaitana wahablanaa milladunka rahmah, innaka antatalwahhab...