Cobaan, Ujian adalah sarana belajar.. agar menjadi lebih pandai..

Setiap episode kehidupan tak lain adalah cobaan.. anak, suami, harta dan segala yang melekat pada diri kita adalah ujian untuk kita, maka nikmat apa lagi yang engkau dustakan??

Selasa, 22 Juni 2010

Sesaat Ku Tiba

Subhanallah.. tak ku sangka sampai juga aku di bandara King Abdul Aziz Jeddah. Degup jantungku terus mengeras, berkali-kali aku menyadarkan diriku, bahwa semua ini bukan mimpi, aku bisa umroh, aku bakal bertemu dengan suamiku yang telah 6 bulan terpisah. Tiba-tiba aku merasakan waktu berjalan begitu lambat, kerinduanku untuk memulai prosesi umroh dan keriduanku pada suamiku membuat aku lagi-lagi memandang jam di HP ku. Dua kerinduan yang membuncah di benakku. Hingga aku tak tau lagi, apa yang ku rindu. Kali ini aku adalah tamu Allah, tidak semua orang mendapatkan kesempatn untuk sampai ke tanah haram. Bayang-bayang suamiku juga berkecamuk dalam fikiranku, bagaimana tampang suamiku sekarang, bertambah gemukkah, atau semakin kuruskah, karena dia selalu mengeluhkan makanan yang tidak cocok dengan lidahnya.

Begitu kakiku menginjakkan di landasan, aku baru tersadar, kini aku telah berada di negeri orang,, jauh dari anak-anakku. Langsung saja aku disambut dengan bis bandara yang mengantarkan penumpang ke areal bandara. Ternyata prosedur penumpang yang turun dari pesawat, sangat berbeda dengan penumpang yg turun dari bis antar kota. Kembali lagi aku harus berbaris, untuk diperiksa pasport dan surat-surat yang lain. Ada kurang lebih 10 barisan penumpang yang menunggu pemeriksaan surat-surat dan tiap barisan berisi kurang lebih 30 orang. Kuperhatikan barisan berjalan lambat, pemeriksaan berjalan lelet, bolak balik kulihat jam, kini jam 11 malam waktu Jeddah, berarti saat ini anak-anakku sedang terlelap tidur, krn di Indonesia saat ini jam 3 pagi, mungkin ibuku yang kutitipi anak-anak dirumah tengah terbangun bermunajat pada Allah dan tak lupa mendoakan kelancaran perjalananku.

Kurasakan proses pemeriksaan pasport yang begitu lambat, kakiku mulai tersa pegal, aku pun gelisah, rasanya aku sudah tidak sabar. Apalagi aku perhatikan petugas pemeriksa pasport melakukan tugasnya dengan santai, ditengah panjangnya antrian di tiap barisan, para petugas itu sempat bercanda, bekerja sambil menelphon, meninggalkan loket sehingga para penumpang yang telah lama mengantri pun bingung, dan langsung masuk ke barisan lain, namun tidak berapa lama petugas itu pun kembali ke loket, para penumpang pun kembali berhamburan masuk ke dalam barisan. MassyaAllah.. mungkin inilah yg disebut modal sabar adalah yang paling besar saat kita umroh atau haji. Mulai di bandara saja, kalau lupa bahwa tujuan semua ini adalah untuk ibadah, mungkin mulutku sudang nyerocos dengan pelayanan yang amat sangat lambat ini. Lagi-lagi aku istigfar, kujaga niat ini, semua ini baru kumulai, ku coba mengalihkn kebosananku dengan ngobrol bersamateman-teman yang sama penatnya dengan ku.

Rupanya Allah begitu sayang padaku. Selepas pemeriksaan pasport yang melelahkan, aku keluar menuju bus yang telah siap menunggu untuk mengantarkan aku dan rombongan ke Madinah. Tiba-tiba, terlihat sosok yang begitu akrab dalam pandangan ku yah.. abi.. suamiku, dah menunggu di pintu keluar, langsung aku mempercepat langkahku, kulihat mata suamiku mencari-cari keberadaanku, langsung aku mendekatinya,

"Assalamualaikum..abi" Dengan wajah sumringah ku cium tangan sumiku, suamiku memandang wajahku dengan tatapan haru. Dalam waktu sekejab saja, aku telah berada dalaam pelukannya. Sungguh ingin aku sujud syukur tanda terimakasihku pada sang pencipta, karna bertubi-tubi nikmat yang ku rasakan, tapi pelukan erat suamiku membuat aku sungkan untuk melepaskannya.