Aku hanya menunduk, sungguh, hati yang tersangkut pada dahan yang salah, harus di tmpatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengapa Panji begitu special dihatiku.
"Nin.. pertanyaanku belum kamu jawab?" Kini jarak aku dan Laila begitu dekat, seakan laila ingin mendengar bisikanku.
Mataku mulai berkaca-kaca, terbayang lagu-lagu itu, terbayang diskusi itu, terbayang kebaikannya yang lamaa ku tak jumpai lagi, tapi aku selalu menyimpan kenangan itu.
"Nina.. kamu salah memilih kawan, dia tak patut kamu kenang.., kamu memiliki yang lebih dari itu semua.." Laila memegang pundakku, tak ada keinginanku untuk menanggapi pertanyaannya, namun ku persiapkan jiwa untuk melepasmu selamanya..
"Laila, kamu tau.. berapa lam dia bersembunyi dalam hatiku..? 10 tahun setelah kepergiannya dulu, aku bersusah payah melupakannya tapi tidak bisa laila.. aku terus berjuang melupakannya dalam doaku, dalam wiridku tapi nggak bisa.. kni saat aku bertemu, kamu suruh aku melupakannya.." Aku tuangkan semua ungkapan hati, aku tau posisiku tapi sungguh aku hanya mencari dukungan akan sikapku yang paling tepat.
"Sebegitukah perjuanganmua..?" Laila menegaskan penasarannya padaku, kami dua sahabat yang tak terpisah oleh jarak, tapi masalah ini aku tak pernah berbagi.
Aku mengangguk, tak ada kata, yang ada hanya air mata kepiluan, badanku rasa tak berdaya, sungguh lagu itu kembali terdengar dalam tape yang ada di otakku, senyumnya kembali terburai. Mungkin terlalu cepat hati ini berlabuh, sungguh aku memiliki yang lebih dari Panji. Biarlah semua menjadi kenangan.. kusongsong hidupku sendiri.. Karna angin pun telah lelah berhembus..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo.. komen nya apa..